Ini nih salah satu novel terjemahan yang dapat teman-teman jadikan referensi tugas di sekolah ataupun di kampus.
Judul : Totto-chan : Gadis
Cilik di Jendela
Penulis : Tetsuko Kuroyanag
Halaman : 272 Halaman
Sinopsis
Totto chan yang memiliki nama asli Tetsuko adalah anak yang cerdas dan dia memiliki sifat keingintahuan yang sangat
tinggi, namun tidak semua orang sadar akan kecerdasan anak itu, hingga Totto
Chan dikeluarkan dari sekolahnya dan Totto Chan dimasukan mamanya ke sekolah
yang bernama Tomoe Gakuen yang gerbang sekolahnya hanya dua pohon yang berjajar
berbeda dari sekolah Totto Chan dulu yang memiliki gerbang besi. Di sekolah
yang baru Totto Chan tidak menemukan ruang kelas layaknya sekolah seperti yang
pernah dia lihat, hanya beberapa gerbong kereta api yang telah disulap menjadi
ruang kelas untuk semua anak. Disana
Totto Chan sangat senang dia bertemu dengan kepala sekolah yang baik dan
bijaksana.
Hari pertama sekolah Totto Chan sangat bersemangat,
teman sekelas Totto Chan di gerbong kereta itu berjumlah 9 anak mereka baik dan
memiliki semangat belajar yang tinggi. Salah satu yang membuat mereka senang
memulai hari-hari di kelas gerbong itu adalah sistem jam pelajaran yang
diterapkan tidak seperti sekolah lain. Jadi mata pelajaran apa yang ingin siswa
pelajari pertama kali boleh dipelajari tanpa harus menyeragamkan jadwal dengan
teman-teman yang lain, namun masih tetap di damping oleh guru yang tidak kalah
menyanangkan. Pembelajaranpun tidak hanya dilakukan didalam kelas, sering kali
gurunya mengajak semua murid untuk jalan-jalan dan mempelajari apa yang ada
disekitar mereka. Dan setiap kegiatan-kegiatan menyenangkan yang dilakukan
siswa pasti didalamnya terkandung pelajaran berharga.
Setiap jam makan siang tiba, semua siswa berkumpul
dan menyantap makan siang yang mereka bawa dari rumah sesuai dengan apa yang
dikatakan oleh kepala sekolah yaitu membawa makanan ‘’sesuatu dari laut dan
sesuatu dari pegunungan’’ sebagai pembelajaran pada murid-muridnya untuk tidak
memilih-milih makanan dan aturan makan dengan pola yang seimbang. Sebelum semua
murid menyantap makanan kepala sekolah selalu mengawalinya dengan menyanyikan
lagu khusus yang dia karang sendiri setelah itu baru itadakimasu “selamat makan”
dan semua murid menyantap bekalnya sesuai dengan lagu yang telah dinyanyikan.
Pada saat Totto Chan kehilangan dompetnya karena jatuh kedalam kakus, dia
berinisiatif untuk mengambil dompet itu dengan cara mengeluarkan semua isi
kakus yang berbau busuk itu menggunakan skop yang ada di gudang, namun tak
sampai dia menemukan dompetnya gundukan kotoran itu sudah meninggi dan dia
telah berjanji dengan kepala sekolah akan memasukkan semua kotoran itu setelah
selesai nanti, akhirnya Totto chan memasukkan kotoran itu kembali tanpa
menemukan dompetnya. Kepala sekolah yang melihat kejadian itu tidak marah sama
sekali dan bangga pada Totto Chan yang memiliki kemauan keras serta kepercayaan
yang tinggi.
Pada saat sekolah akan mendatangkan gerbong baru
yang rencananya dijadikan perpustakaan mereka sangat bersemangat untuk
melihatnya karena mereka ingin tahu bagaimana cara membawa gerbong sebesar itu
tanpa adanya rel kereta api di depan sekolah. Karena gerbong akan datang larut
malam nanti kepala sekolah memperbolehkan murid-murid yang ingin melihat untuk
ke sekolah sore itu dengan membawa piama dan selimut. Setelah sampai di sekolah
mereka berkumpul di aula dan kepala sekolah menyuruh mereka untuk tidur
terlebih dahulu kepala sekolah berjanji akan membangunkan mereka saat gerbong
datang. Tengah malam semua murid dibangunkan dan pertanyaan mereka tentang
bagaimana gerbong baru sampai di depan sekolah telah terjawab.
Saat pertama kali Totto Chan membawa pulang raport
dari sekolah Tomoe mamanya sangat bahagia karena nilai Totto Chan tidak
mengecewakan. Musim panas tiba sekolah Tomoe mengadakan kemah bersama dengan
mendirikan tenda-tenda di dalam aula agar semua anak aman dari cuaca dingin
diluar tanpa menghilangkan acara mendirikan tenda. Setelah dua hari berkemah
Totto Chan mengajak Yasuaki-Chan untuk datang ke pohon miliknya yang berada
didepan sekolah tanpa diketahui oleh orang lain karena Yasuki Chan terkena
sakit polio dan tidak mungkin dia bisa naik keatas pohon tanpa bantuan orang
lain. Totto Chan mengambil tangga lipat dan memanggul Yasuki Chan sehingga dia
bisa mencapai puncak pohon dan mereka duduk diatasnya.
Dua tahun Totto Chan menjalani sekolahnya di Tomoe
Gakuen tersebut, banyak sekali hal-hal yang dia dapatkan dan mengubah Totto
Chan menjadi lebih baik hingga membuat Totto Chan berjanji kepada kepala
sekolah akan menjadi guru di Tomoe saat dia besar nanti. Musim panas tiba dan
tidak ada acara kemah atau berlibur ketempat-tempat ramai yang menyenangkan
yang di datangi oleh Totto Chan, dia hanya pergi kerumah saudaranya tetapi disana
dia tidak menemukan saudara laki-lakinya karena mereka telah dikirim ke medan
perang. Dan saat musim panas berakhir sekolah Tomoe beserta rumah kepala
sekolah yang selama ini menjadi rumah kedua bagi seluruh murid di Tomoe terbakar
karena saat itu banyak bom yang dijatuhkan sekutu hingga mengubah keadaan yang
semula damai dengan suara anak-anak tertawa berubah menjadi mencekam. Totto
Chan bersama mamanya dan para pengungsi menaiki kereta menjauh dari kotanya
karena kekacauan yang sedang terjadi. Totto Chan yakin suatu saat nanti dia
akan bertemu dengan kepala sekolah di saat Totto Chan sudah siap untuk
mengajar.
Novel
Totto Chan dianggap sebagai sastra dunia karena :
1. Mendapatkan
Penghargaan :
Novel ”Totto Chan, Gadis Cilik di
Jendela”, Tetsuko Kuroyanagi meraih penghargaan dari Badan PBB urusan
Perlindungan Anak (UNICEF) atas pengabdiannya selama 25 tahun membela
kepentingan anak di seluruh dunia.
2. Diterjemahakan
dalam beberapa bahasa :
Buku cerita ini sudah banyak
diterjemahkan dari bahasa aslinya Jepang ke dalam
berbagai bahasa,
seperti Inggris, Rusia, Cina, Korea, Indonesia, India, Thailand, dan
sebagainya.
3. Mampu
menjadi ikon :
Pada cerita Totto Chan ini mampu menjadi
ikon pembelajaran menyenangkan, dan pembelajaran di sebuah sekolah tidak
selamanya harus tertata rapi dengan jadwal yang harus diseragamkan dan
pembelajaran itu tidak harus di dalam kelas sesuai dengan apa hakikat kelas
yang sesungguhnya karena dengan adanya perubahan-perubahan siswa akan lebih
tertarik asalkan tidak keluar dari koridor pembelajaran itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar